Apakah Anda pernah mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosional dalam diri? Contoh fenomena seperti ini sudah sangat umum manusia alami. Peristiwa tersebut juga bisa kita kenal sebagai konflik internal yang selalu didasari oleh kepribadian manusia.
Kepribadian ini bisa terbentuk berdasarkan kumpulan kejadian yang pernah dialami seseorang selama masa hidupnya. Namun sebelum memasuki pembahasan tersebut, Anda perlu memulainya dengan pemahaman konflik internal.
Apa Itu Konflik Internal?
Konflik internal merupakan fenomena pertikaian yang ada dalam diri manusia dalam rangka memberikan respon atas suatu kejadian. Peristiwa ini terjadi saat Anda merasa ingin merespon sesuatu dengan tindakan A tetapi malah berganti melakukan tindakan B tanpa Anda sadari.
Pernah merasakan hal yang sama? Fenomena ini terjadi lantaran adanya konflik antara ‘kesadaran’ dan ‘ketidaksadaran’. Kedua aspek tersebut tergolong sebagai bagian dalam diri manusia yang bisa kita sebut sebagai Personality Parts atau Bagian Kepribadian.
Bagaimana caranya konflik internal tersebut bisa menimpa diri Anda? Konflik ini terjadi saat Anda merasa paham terhadap respon ideal apa yang harus Anda lakukan, tetapi kenyataannya malah dihadang dengan respon otomatis yang tidak Anda sadari.
Di satu sisi, ‘Bagian Kepribadian’ yang satu (kesadaran) menginginkan Anda untuk merespon kejadian dengan cara yang semestinya. Dan secara bersamaan ‘Bagian Kepribadian’ lainnya (ketidaksadaran) juga mengeluarkan reflek yang berlawanan dan tidak bisa Anda kendalikan.
Singkatnya, ‘kesadaran’ manusia tidak berdaya melawan respon otomatis dari ‘ketidaksadaran’. Hingga akhirnya, secara tak sadar, Anda sudah dikendalikan oleh bagian ‘ketidaksadaran’ yang seakan-akan telah mengambil alih seluruh kemampuan Anda dalam menanggapi sesuatu.
Personality Parts Mempengaruhi Respon Seseorang
Perbedaan kemampuan dalam menanggapi suatu peristiwa ini juga bisa disebabkan oleh perbedaan jenis kepribadian. Setiap manusia pasti memiliki karakter yang sangat beragam. Bahkan, tipe kepribadian seseorang hampir tidak ada yang benar-benar sama antara satu dengan yang lainnya.
Hal ini juga berlaku untuk anak kembar yang lahir dan hidup bersama dalam jangka waktu lama. Meskipun perlakuan dan stimulusnya sama, tetap saja kepribadian antar keduanya tidak pernah benar-benar sama.
Atas dasar ini pulalah yang menjelaskan bahwa kepribadian akan menentukan sifat, perilaku, cara respon seseorang terhadap sesuatu.
Melanjutkan pembahasan tentang keterlibatan ‘Bagian Kepribadian’ sadar dan tak sadar pada pembahasan sebelumnya, Anda perlu sedikit mengenal tentang dasar teori kepribadian dari seorang Bapak Psikoanalisis terkemuka, Sigmund Freud.
Struktur Kepribadian Manusia Menurut Sigmund Freud
Sistematika kepribadian menurut Sigmund Freud dideskripsikan ke dalam tiga pokok pembahasan yakni struktur, dinamika, dan perkembangan kepribadian manusia. Dalam hal ini, struktur kepribadian setiap manusia terdiri tiga tingkat kesadaran yakni sadar, prasadar, dan tak sadar.
Adapun untuk penjelasan lengkapnya dapat Anda simak uraian ringkasnya sebagai berikut:
1. Sadar (Conscious)
Tingkat kesadaran kali ini hanya berisi tentang seluruh hal atau kejadian yang pernah Anda cermati pada periode waktu tertentu. Dari seluruh hal tersebut, hanya sebagian kecil saja yang bisa masuk ke alam sadar (consciousness) manusia.
2. Prasadar (Preconscious)
Tingkat kesadaran ini merupakan jembatan antara alam sadar dan alam bawah sadar manusia. Tingkatan preconscious ini biasa disebut sebagai available memory atau ingatan siap.
Pada tingkatan ini, manusia sudah tidak lagi memperhatikan atau mencermati suatu hal tertentu sehingga hal tersebut akan berpindah ke alam prasadar.
3. Tak Sadar (Unconscious)
Tingkatan ini merupakan struktur kesadaran yang paling dalam di antara dua tingkatan sebelumnya. Menurut Freud, ketidaksadaran (unconsciousness) merupakan bagian yang paling penting dari setiap jiwa manusia.
Menurutnya, ketidaksadaran ini berisi kumpulan insting, drives, dan impuls yang dibawa sejak dari lahir, pengalaman tumbuh kembang, pengalaman traumatik, dan lain-lain.
Kumpulan pengalaman tersebut telah ditekan oleh kesadaran agar berpindah ke daerah tak sadar (alam bawah sadar).
Ketiga tingkat kesadaran di atas akan mempengaruhi struktur kepribadian manusia yang juga berpengaruh terhadap bagaimana respon seseorang dalam menanggapi sesuatu. Itulah mengapa, di dunia ini ada banyak jenis kepribadian yang hampir tidak bisa disamakan satu sama lainnya.
Jenis-Jenis Kepribadian Manusia Secara Umum
Sebenarnya, kepribadian manusia apa saja? Kebanyakan masyarakat lebih sering mengenal kepribadian seperti introvert dan ekstrovert sebagaimana yang telah dicetuskan oleh Carl Jung dalam buku Psychologische Typen.
Dalam ilmu psikologi, jenis-jenis kepribadian tersebut memanglah ada. Namun, masih ada banyak variasi serta klasifikasi kepribadian yang dicetuskan oleh para ahli yang berbeda.
Sebagai contoh, Briggs Myers dan Katharine Briggs telah mengklasifikasikan kepribadian seseorang ke dalam 16 personality type yang biasa dikenal dengan Myers-Briggs Type Indicator (MBTI).
Selain itu, ada pula pandangan lain dari seorang ahli bernama Hippocrates yang mengklasifikasikan kepribadian manusia ke dalam empat tipe. Kepribadian terbagi menjadi 4 tipe apa saja? Empat tipe kepribadian dari Hipocrates tersebut meliputi sanguinis, koleris, plegmatis, dan melankolis.
Singkatnya, sanguinis adalah jenis kepribadian yang dimiliki oleh seseorang yang selalu optimis dan bersemangat. Untuk seseorang yang memiliki kepribadian plegmatis biasanya cenderung bersikap netral dan cinta damai.
Koleris merupakan tipe personality yang cerdas, tegas dan mengutamakan logika. Sedangkan melankolis adalah tipe kepribadian yang paling merujuk ke arah introvert. Sosok kepribadian melankolis biasanya sangat peduli terhadap lingkungan sekitar, teliti, dan pemikir analisis.
Pembentukan Personality Parts
Semasa hidupnya, setiap manusia pasti akan memasuki fase belajar dalam merespon suatu hal dengan mekanisme tertentu. Semakin lama, proses ini akan dapat membentuk pola atau kebiasaan manusia dalam menanggapi sesuatu.
Singkatnya, respon otomatis yang sering Anda lakukan secara tak sadar akan bisa dilatih dan dibiasakan secara konsisten dan berulang.
Secara fisiologis, proses pembentukan respon otomatis yang hadir dari Bagian Kepribadian ‘ketidaksadaran’ ini akan menciptakan jalinan saraf dan membentuk suatu pola yang spesifik di dalam otak manusia.
Dengan begitu, Anda akan bisa menggunakan pola spesifik tersebut untuk menanggapi sesuatu sesuai dengan respon yang kita mau. Pola ini secara otomatis akan menjadi sebuah kepribadian (Bagian Kepribadian) baru di alam bawah sadar manusia.
Jika pola-pola spesifik ini terus dikembangkan, maka bagian kepribadian manusia juga akan lebih beragam dan mengandung fungsi spesifiknya masing-masing.
Personality Parts Mempengaruhi Perilaku Manusia
Personality parts adalah bagian dari kepribadian manusia yang terbentuk dari pengalaman hidup seseorang di masa lalu. Pengalaman ini dapat membentuk bagian diri manusia dan akan membentuk suatu karakter tertentu.
Singkatnya, jika seseorang tersebut pernah mengalami suatu kejadian yang memberikan pengaruh besar dalam hidupnya, maka kejadian tersebut akan termanifestasikan ke dalam diri mereka.
Lama kelamaan, kejadian tersebut akan turut memberi andil besar dalam pembentukan perilaku seseorang, baik itu perilaku baik maupun perilaku buruk menurut lingkungan tertentu.
Suatu individu yang memiliki ciri-ciri perilaku yang baik di mata masyarakat juga bisa terbentuk akibat pengaruh lingkungan dan pengalaman tumbuh kembangnya di masa lalu.
Apa saja sifat baik manusia? Contoh perilaku baik di mata masyarakat umumnya meliputi sikap ramah, mudah bergaul, penyayang, suka memberi, peka terhadap kondisi sekitar, sabar, disiplin, dan lain sebagainya.
Bagaimana? Apakah Anda sudah lebih paham dengan bagian diri dan kepribadian manusia yang sudah dijelaskan Brilliance.my.id diatas ? Sejatinya semua kepribadian dalam diri manusia ini bisa berubah atau berkembang. Tinggal bagaimana kita mengaturnya agar menjadi lebih baik.
source : https://perhisaindonesia.org/kenali-bagian-diri-manusia-yang-belum-banyak-dipahami